Tikrar pada Surah Al Kahfi ayat 66-82 dan Relevansi kisah Nabi Musa Dan Nabi Khidir Dengan Adab Santri Terhadap Kyai di Pondok Pesantren
DOI:
https://doi.org/10.59829/xvn7s490Kata Kunci:
Tikrār, Surah Al-Kahfi, Nabi Musa dan Khidr, Adab Santri terhadap KiaiAbstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis bentuk-bentuk tikrār (pengulangan) yang terdapat dalam Surah Al-Kahfi ayat 66–82 serta menelaah relevansinya terhadap konsep adab Santri terhadap Kiai dalam tradisi pendidikan Islam. Kajian ini dilatarbelakangi oleh pentingnya memahami nilai-nilai adab dalam proses pencarian ilmu sebagaimana tergambar dalam kisah dialog antara Nabi Musa dan Nabi Khidr. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif-deskriptif dengan pendekatan analisis linguistik terhadap bentuk-bentuk tikrār yang muncul dalam teks ayat dan konsep psikologi tentang pencapaian potensi diri dengan konsep spiritualitas Islam. Hasil penelitian menunjukkan adanya beberapa jenis tikrār, yaitu tikrār lafdzī, tikrār ma‘nawī, dan tikrār an-numt an-nahwī dalam QS. Al-Kahfi 66-82. Setiap bentuk pengulangan memiliki fungsi semantik dan stilistika yang memperkuat pesan didaktis Al-Qur’an. Pengulangan tersebut tidak hanya berfungsi sebagai keindahan bahasa, tetapi juga mengandung nilai pendidikan seperti kesabaran, ketawadhuan, dan penghormatan murid terhadap guru. Secara konseptual, relasi antara Nabi Musa dan Nabi Khidr merepresentasikan hubungan antara santri dan kiai dalam proses mencari ilmu, yang menekankan pentingnya adab, ketaatan, dan kesabaran. Dengan demikian, penelitian ini menegaskan bahwa hubungan Santri dengan Kiai bukanlah bentuk feodalisme, melainkan manifestasi nilai Qur’ani tentang etika dan tata krama keilmuan.
Unduhan
Unduhan
Diterbitkan
Terbitan
Bagian
Lisensi
Hak Cipta (c) 2025 Muhammad Rian Ferdian, Keysa Tamami (Penulis)

Artikel ini berlisensi Creative Commons Attribution 4.0 International License.


